Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Caleg Selebriti: Demokrasi Membolehkan, Wakil Rakyat Minim Daya Kritis

Minggu, 25 Juni 2023 | Juni 25, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-25T07:58:19Z

Jemmy Kurniawan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (dok. pribadi) 

Narasi Indonesia.com, MALANG-Menjelang pemilu serentak 2024, kian ramai para selebriti yang bergabung dengan partai politik  di Indonesia. Dilansir dari databoks.katadata.co.id, sebanyak 76 bakal calon legislatif dengan latar belakang selebriti. Sedangkan saat ini ada 14 DPR-RI yang duduk di senayan pasca pemilu tahun 2019 lalu. Hal ini menjadi tanda tanya di kalangan masyarakat atas banyaknya para selebriti yang beralih profesi terjun dalam dunia politik.


Lebih spesifiknya, latar belakangnya terdiri dari penyanyi, pelawak, pemain sinetron, dan musisi. Akhir-akhir ini, ramai diberitakan di media-media Mainstream, mempertanyakan kapabilitas para caleg selebriti tersebut. Salah satu diantaranya seperti selebriti papan atas Aldy Taher yang sempat mengguncang warganet dalam wawancaranya disalah satu media tanah air. Aldy Taher kerap kali melakukan candaan atas tanggapan politiknya di media tersebut. Hal ini menjadi sorotan publik untuk mempertanyakan basic esensi politik dari caleg selebriti-selebriti ini.


Apa bisa para selebriti mewakili aspirasi rakyat? Di Senayan, dikutip dari kompas.com, ujar Usep Saepul Ahyar, Peneliti senior Populi Center "Masalah lain yang muncul adalah anggota legislatif dari kalangan artis yang duduk di DPR selama ini bahkan tidak cukup menonjol dalam mengemukakan gagasannya di parlemen.” Artinya bahwa masyarakat membutuhkan perwakilannya yang mampu menyuarakan hak-hak masyarakat serta menemukan solusi yang tepat atas beragam polemik yang dirasakan.


Padahal, berangkat dari apa yang terjadi atas situasi dan kondisi para perwakilan rakyat di Senayan kurang begitu kompeten. Nyatanya dari total 259 RUU yang masuk Program Legislasi Nasional (Proglegnas) Rancangan Undang-undang (RUU) prioritas 2020-2024, pada tahun 2022, baru 58 Undang-undang yang disahkan. Lantas, dari apa yang terjadi, yang harus dilakukan adalah mengevaluasi para legislatif tersebut, masyarakat membutuhkan perwakilan yang mempunyai daya intelektual dalam membawa perubahan. Tidak sekadar memiliki popularitas elektabilitas, namun tidak mampu melaksanakan kewajiban membuat regulasi ataupun kebijakan yang menguntungkan masyarakat.


Keuntungan dari Parpol

Kondisi yang ada saat ini memang demikian, bahwa kurangnya sumbangsih dari para selebriti yang menjadi legislatif ini. Namun partai politik tetap gencar mengusung para selebriti menuju bangku DPR-RI. Secara eksplisit dapat diamati bahwa para selebriti sudah tentu memiliki popularitas yang tinggi, yang menjadi perhatian publik adalah kapabilitasnya yang kurang meyakinkan. Hal tersebut dapat berdampak positif bagi partai untuk meraup elektabilitas. Dengan bergabungnya para selebriti ke parpol, sudah tentu partai akan mendapatkan perhatian dari masyarakat.


Dalam regulasi di negara demokrasi ini memang memberikan hak atas setiap warga negara untuk dapat berpartisipasi menjadi wakil rakyat. Akan tetapi yang perlu ditinjau adalah pengaruh atau dampak politik para caleg dalam menuntaskan aspirasi masyarakat. Sederhananya yang perlu diperhatikan dari para caleg adalah gagasan dan kinerja politiknya. Para selebriti yang baru pertama kali menjadi caleg di 2024 ini, rata-ratanya tidak membuat gagasan atau melakukan kegiatan politik yang berpengaruh terhadap kelompok sosial di masyarakat. Saat ingin dan telah sah mencalonkan, barulah mulai melakukan aktifitas politik dengan dalih ingin membantu masyarakat, umumnya demikian. Hal semacam ini memang lumrah terjadi bagi para caleg secara keseluruhan dalam menarik simpati rakyat saat memasuki momen pemilu.


Fenomena yang terjadi pasca reformasi mengenai legislatif ialah seringkali lambat dalam membuat dan mensahkan undang-undang. Kendati telah dibuat, seringkali menjadi kontroversi di kalangan para pemerhati politik. Hal yang menjadi problem atas hasil pemikiran para legislatif ialah membuat aturan yang mengabaikan hak-hak masyarakat. Dampak umum yang terjadi ialah memicu aksi demonstrasi penolakan undang-undang tersebut. Oleh karenanya para pemilih harus jelih untuk memilah dan memilih wakil rakyat yang efektif agar dapat berkontribusi kepada masyarakat. Latar belakang caleg memang tidak begitu berpengaruh dalam menilai kapabilitasnya, yang terpenting ialah gagasan dan upaya perhatian terhadap masyarakat yang berkelanjutan dan mempunyai nilai positif di kelompok-kelompok sosial.


Selebriti sebagai alternatif parpol dalam mencari eksistensi

Antusiasnya parpol dalam mengumumkan caleg dengan latar belakang selebriti ini cenderung menuai perhatian publik, pasalnya Sebagian besar caleg yang sedang aktif di dunia selebriti tiba-tiba bergabung dan mencalonkan diri. Jika dianalisa, justru dengan kepopuleran dan sedang di ketenarannya itulah yang akan mendapat perhatian publik, apalagi masyarakat yang aktif di dunia maya. Dalih yang di buat dari partai rata-rata sama yakni para caleg selebriti tersebut telah melewati tes dan mendapat pembekalan pengetahuan politik, social, ekonomi, dan lainnya.


Satu yang luput yakni rata-rata partai politik tersebut lebih condong mencari elektabilitas dari caleg yang dekat masyarakat, ketimbang gagasan politik pembangunannya. Dengan mencari eksistensi, ketimbang caleg dengan bekal gagasan pembangunan politik, dapat dinilai bahwa arahnya parpol ke  arah popularitas, sebab penulis menganalisa parpol memanfaatkan masyarakat yang praktis dalam menilai esensi politik sehingga memilih caleg dengan tingkat kepopulerannya.


Standar Selebriti Dalam Politik

Ada tiga aspek pengetahuan tentang politik yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini, penulis menganggap bahwa secara kasaran para caleg yang baru belajar tentang politik bisa untuk memahami pada aspek kognitif dan afektif. Sedangkan psikomotorik yakni mengaktualisasikannya, perlu untuk menghadapkan pengetahuan politik dengan masalah-masalah di masyarakat secara berulangkali agar mampu menyelesaikan aspirasi dari masyarakat. Dalam hal ini rata-rata para selebriti yang baru berkecimpung belum memiliki pengalaman dalam menangani maslah di masyarakat. Satu ataupun dua kali menurut penulis tidak begitu cukup, sebab kondisi masyarakat itu dinamis, sehingga memerlukan pengetahuan Analisa kondisi masyarakat yang berpengalaman dan akurat.


Seringkali pula para caleg dengan latar belakang selebriti ini berhadapan dengan kasus-kasusnya di dunia entertainment, masalahnya adalah kasus-kasusnya bersifat individu. Namun persoalan individu tersebut saja seringkali kontroversi dan sulit ditangani. Oleh sebabnya bilamana para selebriti menjadi DPR, masalah yang dihadapi adalah masalah sosial masyarakat dari berbagai aspek dan itupun dinamis. Bagaimana bisa mereka menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut, dengan latar belakang yang seringkali susah menyelesaikan masalah-masalah pada tataran pribadi.*


Penulis

Jemmy Kurniawan (Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang)


Editor

M/NI

 

×
Berita Terbaru Update