Narasi Indonesia.com, Jakarta - Partai Perindo menyambut baik program Cek Kesehatan Gratis (CKG) pada anak sekolah, yang dicanangkan oleh Presiden RI Prabowo Subianto sebagai bagian dari agenda transformasi sektor kesehatan nasional.
Melalui Kementerian Kesehatan, pemerintah akan melaksanakan skrining kesehatan menyeluruh untuk 53 juta siswa SD hingga SMA di lebih dari 282.000 sekolah dan madrasah mulai Juli 2025.
Ketua DPP Partai Perindo Bidang Kesehatan Masyarakat, Sri Gusni Febriasari menilai, langkah ini sebagai komitmen nyata negara dalam melindungi masa depan generasi penerus bangsa, dikutip pada laman resmi Okezone.com.
“Kami mengapresiasi langkah Presiden Prabowo yang menempatkan kesehatan anak sebagai prioritas nasional. Tapi keberhasilan CKG ini bergantung pada kualitas pelaksanaan, profesionalitas petugas, dan keadilan akses di lapangan, terutama bagi anak-anak di daerah 3T,” tegas Sri Gusni di Jakarta, Sabtu (12/7/2025).
Program CKG diyakininya menjadi peluang besar untuk mendorong revolusi kesehatan anak-anak sekolah. Namun, Partai Perindo menekankan bahwa skrining tidak cukup jika tanpa tindak lanjut. Pemeriksaan harus mencakup kondisi fisik, gizi, kesehatan jiwa, dan lingkungan sosial siswa.
“Kesehatan mental dan gizi anak tak kalah penting dari tinggi badan dan tekanan darah. Pemeriksaan harus jadi pintu masuk perubahan, bukan sekadar laporan statistik,” ujar Sri Gusni.
Libatkan Dokter, Perawat dan Psikolog
Partai yang dikenal sebagai Partai Kita ini juga meminta agar keterlibatan tenaga profesional seperti dokter, perawat, psikolog, dan ahli gizi, serta tenaga kesehatan diperkuat. Sebab, mengandalkan guru atau relawan tak terlatih akan mengurangi akurasi dan validitas hasil skrining.
Partai Perindo menekankan bahwa dalam setiap pelaksanaan skrining, harus dijaga kerahasiaan hasil pemeriksaan dan martabat anak-anak. Pemerintah harus mencegah munculnya stigma atas kondisi kesehatan yang ditemukan di sekolah.
“Setiap anak berhak diperiksa dengan cara yang manusiawi. Jangan sampai pemeriksaan menjadi sumber malu atau tekanan baru bagi siswa,” imbuhnya.
Meski program ini digadang-gadang sebagai program nasional, Sri Gusni mengingatkan pemerintah untuk tidak terjebak pada pencapaian angka. Pemeriksaan yang merata dan berkualitas harus menjangkau seluruh pelosok Indonesia, termasuk wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“CKG ini adalah salah satu upaya untuk pemerataan layanan kesehatan, jadi harus diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang selama ini belum terjangkau di wilayah 3T, prioritasnya itu ,” tegas Sri Gusni.
Keberhasilan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor yang kuat. Kementerian Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri, keterlibatan aktif Kemendikdasmen, Mensos, Mendagri, Komdigi, pemerintah daerah, sekolah, guru, orang tua, dan tenaga kesehatan perlu dioptimalkan. Sekolah bukan hanya lokasi pemeriksaan, tetapi juga berperan dalam edukasi, tindak lanjut hasil, dan penguatan upaya promotif-preventif.
Transparansi dan Evaluasi
Partai yang dipimpin Angela Tanoesoedibjo ini juga menyoroti pentingnya transparansi dan efektivitas anggaran. Alokasi dana harus difokuskan pada alat kesehatan, pelatihan tenaga medis, serta sistem tindak lanjut, bukan hanya pada kegiatan seremonial.
Selain itu, perlu disiapkan sistem monitoring dan evaluasi berbasis data yang tidak hanya mencatat siapa yang sudah diperiksa, tapi juga siapa yang butuh pertolongan dan sudah ditindaklanjuti.
“CKG bukan sekadar program satu kali, ini harus jadi sistem berkelanjutan. Data harus dimanfaatkan untuk rujukan medis, intervensi gizi, hingga dukungan psikologis. Di sinilah negara harus hadir secara penuh,” papar alumni S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat dan S2 Intervensi Sosial, Psikologi Terapan Universitas Indonesia ini.
Sebagai partai yang berpihak pada pelayanan dasar rakyat, Sri Gusni menegaskan, Partai Perindo akan terus mengawal pelaksanaan CKG secara kritis namun konstruktif. Selain itu, juga ingin memastikan bahwa program ini tidak berhenti pada slogan dan target kuantitatif, tetapi benar-benar menjadi tonggak pemerataan akses layanan kesehatan bagi seluruh anak Indonesia. Kesehatan anak adalah pilar menuju Indonesia Emas 2045.
“Kesehatan anak hari ini adalah fondasi kualitas SDM Indonesia di 2045 nanti. Kalau kita gagal menjaganya hari ini, kita akan kehilangan masa depan kita sendiri,” tutup Sri Gusni.*