![]() |
Ketua Umum Gerakan Aktivis Millenial (GERAM) Korwil Jatim |
Narasiindonesia.com- Sejarah kelam sepak bola Indonesia terulang kembali, pada hari Sabtu, 01 Oktober 2022 dua klub besar di Jawa timur yaitu Arema FC vs Persebaya yang bertanding tepatnya di stadion kanjuruhan Kabupaten Malang Jawa Timur, yang dimana dua klub ini terkenal memiliki suporter yang besar dan memliki tensi fanatisme yang begitu besar apabila berlaga. Tak asing lagi bagi kita sekalian sebagai warga Indonesia bahwa sepak bola Indonesia sudah pasti sering memakan tumbal korban jiwa, Surabaya, Jawa Timur (2/9/2022).
Satria Tauhid Arsiza selaku Ketua Umum Gerakan Aktivis Millenial (GERAM) Korwil Jatim memaparkan diawal mula berjalannya pertandingan ini masih kondusif sampai pluit akhir dibunyikan oleh wasit. Paska itu ada beberapa suporter yang memasuki lapangan karena dirasa sedikit kecewa dan kurang puas dengan hasil pertandingan yang ada. Arema kalah kontra Persebaya dengan skor akhir 3-2, sehingga itulah yang menjadi penyulut kemarahan suporter Aremania sampai memasuki lapangan dan mengejar pemain serta official dari tim Arema FC.
“Beberapa waktu setelah itu beberapa oknum kepolisian yang bertugas dengan sadar menembakkan gas air mata di dalam tribun penonton yang sebenarnya di tribun tersebut tidak ada pergerakan massa yang begitu keras dikarenakan kebanyakan penonton dari tribun tersebut adalah anak-anak dan perempuan,” ujarnya.
Melihat tindakan yang dilakukan oleh beberapa oknum kepolisian ini membuat seisi stadion panik dan lari berhamburan meningalkan tribun yang sudah sesak akan semburan gas air mata tersebut. Melihat dan banyak mendengar fakta dilapangan pada saat konidisi chaos tersebut banyak pintu yang masih tertutup dari luar sehingga kita mendengar sampai detik ini banyak korban yang meregang nyawa.
Lebih lanjut, Saya Satria Tauhid Arsiza selaku Ketua Umum Gerakan Aktivis Millenial (GERAM) Korwil Jawa Timur dapat menyimpulkan adanya kegagapan, dan miskomunikasi yang terjadi dari pihak penyelenggara maupun keamanan yang terjadi.
“Mengingat surat prihal permohonan perubahan jadwal pertandingan Liga 1 Tahun 2022 dengan nomor surat: B/2151/IX/PAM.3.3./2022 yang diterbitkan oleh Kepolisian Resor Malang. Akan tetapi tidak di indahkan oleh pihak penyelenggara pertandingan, lantas kalau sudah seperti ini siapa yang salah?” lanjutnya mempertanyakan hal itu.
“Disini saya selaku Ketua Umum Gerakan Aktivis Millenial Korwil Jatim meminta kepada Bapak Kapolri Listyo S. Prabowo untu mengusut tuntas pihak kepolisian yang dengan sadar menembakkan gas air mata di dalam tribun penonton dan mendesak Bapak Listyo S. Prabowo segera mencopot Bapak Irjen Nico Alfinta selaku Kapolda Jawa Timur serta mencopot Bapak AKBP Ferli Hidayat selaku Kapolres Malang karena dalam pengamanan pertandingan ini tidak bisa mengkoordinir anggotanya sehingga memakan korban meninggal dunia sebanyak 187 orang dan lainnya masih dalam penanganan medis.
![]() |
Kericuhan suporter di stadion Kanjuruhan Malang |
“Kejadian ini merupakan pelanggaran berat bagi saya dan harus ditindak lanjuti dengan tegas. Selain itu dari pihak penyelenggara dan pengamanan harus bertanggung jawab penuh atas hal ini karena ini berbicara nyawa manusia yang hilang,” pintanya dengan tegas.
Fenomena di malang ini sudah bisa kita katakan sebagai genosida karena dengan sadar dan terstrukrur merenggut banyak nyawa manusia. PSSI dalam kasus ini juga harus lebih sadar diri dan jangan tutup mata mengingat beberapa pertandingan terakhir sering terjadi kericuhan di beberapa stadion, stop pertadingan malam hari dan stop untuk liga ini dilanjutkan. Akhir kata semoga kejadian ini terakhir di dunia ini khususnya di Indonesia, untuk para suporter dan pihak keamanan yang berpulang ke pangkuan Allah SWT dapat diterima amal ibadahnya dan ditempatkan di surganya Allah, Aamiin yaa rabbal aalamin. Tutupnya.
Monta/NI