Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Humor Politik Pemuda di “Media Elektronik”

Senin, 01 Juli 2024 | Juli 01, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-01T18:39:01Z

 


Oleh.  Anjasmara


Narasi Indonesia.com, Yogyakarta- Akhir-akhir ini, media sosial banyak mempersembahkan public dengan “politik asyik, menghibur dan santai” hal ini disebutkan sebagai komunikasi politik versi “anak muda”. Pada substansinya metode ini menunjukan leader melarat akan gagasan dan menggeser sikap kritis di dalam “tong sampah”. Praktik politik tersebut pinjam istilah Nurul hasfi politainment (Artikel Nurul Hasfi: Pemilih Muda dan Buaian “Politainment”. 7 Desember 2023).


Gaya politik ini memperluas kebodohan terhadap public pada nilai politik rasional. Hal tersebut cukup mengagetkan, karena actor yang melakukan praktik politik model ini yaitu pemuda sendiri. David Shultz (2012), seorang peneliti politik dan media di Amerika Serikat, mendefinisikan politainment sebagai strategi komunikasi politik kontemporer yang mengintegrasiakan politik dengan entertainment.  Bukan hanya seorang politikus sebagai bakal calon yang membranding atau memasarkan dirinya dengan kepopularitasanya lewat media sosial, dengan memanfaatkan anak muda sebagai tim eksekutor penguasa media untuk calon pemimpinnya.  


Pemuda yang menjadi lambang kerasionalitasan dalam memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip politik rasional, sebaliknya mereka yang menjadi peran utama dalam merekayasan skema politik simbolis yang kering akan gagasan, pembodohan, pada public. Marketing politik dilakukan anak muda untuk menarik keingintahuan public terhadap calon pemimpin dengan membuat kekurangan mereka menjadi lebih dasyat, seperti jiwa sosial tinggi, beradab, dan visioner, bahkan anak muda sendiri yang melakukan penyuluhan kelebihannya dengan mendesain kebohongan pada masyarakat.


“Memanfaatkan media, anak muda membalut politikus dengan adab sosial tinggi, ketenaran dan kebaikanya”


Polintainmet dilakukan anak muda yaitu, seperti gimik politik yang dilakukan oleh politik Prabowo Subianto, dengan menunjukan “Joget gemoy” dan disalah satu acara Tv, Maste rChef  Indonesia, menghadirkan Ganjar Pranowo di momen grand final. Politik blusukan yang dilakukan oleh setiap paslon-paslon politik dalam mengaet suara rakyat cukup efektif dan hal ini cukup nyata bagaimana mereka hanya mempertontonkan selebritisnya dan tentu anak-anak muda menyukai trent politik tersebut, apalagi generasi-generasi Z yang termakan oleh kecanggihan media sangat sulit untuk memfilternya, bahkan mereka sendiri yang tergoda oleh gimik politik pembodohan tersebut, sehingga keikutsertaan mereka membuka peluang kemenangan bagi politikus.

 

Artikel ilmiah berjudul “Politainment as Dance: Visual Story Telling on TikTok among Spanish Political Parties” yang ditulis Rocío Zamora-Medina (2023) menunjukkan gimik politik tarian juga terjadi di Spanyol. Studinya menemukan, partai politik di Spanyol melakukan komunikasi politik dengan menggunakan visual story telling, terutama video tarian. 


Faktanya juga terjadi di Indonesia selain dengan marketing politik “tarianya” juga melakukan blusukan di setiap perkampungan, melebarkan senyum, menggendong anak, dan tidak takut kotor oleh genangan air dijalan perkampungan. Sangat membingungkan ? setelah melakukan hal tersebut, pemuda yang rakus akan material dan kedudukan strategis menyuguhkan perihal tersebut dengan positif dalam Masyarakat. Cukup miris dan humor melihat Langkah politik anak muda dengan memanfaatkan media elektronik untuk membodoh-bodohin Masyarakat.


Fenomena diatas pinjam istilah Jean baudrillah “hiperealitas” terlalu menunjukan kebohongan dengan simbolitas. Humor politik anak muda semacam ini harus dinamatkan sebagai “kebohongan kucing”. Kebohongan ini telah memproduksi calon pemimpin yang malas, dan otak uang, lagi-lagi anak muda menggunakan media elektronik sebagai platform politik bagi penguasa dengan menjual diri mereka, sedang pembagian bantuan. Srategi ini akan memperparah masa depan Indonesia termaksud anak muda tersendiri sebagai pewaris peradaban.


Penutup, pilpres tahun 2024 menjadi Pelajaran besar bagi seluruh Masyarakat Indonesia, utamanya anak muda, kedepan ini kita sebentar lagi diperhadapkan dengan pilkada serentak, tentu ini menjadi peluang bagi anak muda, karena menurut Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mendominasi daftar pemilihan tetap (DPT) pilpres 2024 kemarin yaitu berjumlah 113 juta atau 56,45 persen dari total pemilihan tetap. Maksudnya anak muda menjadi penentu arah politik dan masa depan Indonesia dengan presentase suara pemilihan 55 persen. 


Kita harus lebih bijak lagi mengambil Langkah berpolitik karena setiap tim sukses bakal calon nanti menargetkan anak muda untuk dieksploitasi dengan memanfaatkan mereka untuk memegangkan media sosial dalam berpolitik, sehingga stigma sosial pada umumnya pemuda bukan lagi representasi akan tetapi menjadi pembunuh Masyarakat.


Dengan menggunakan narasi rayuan seperti politik anak muda, politik menyenangkan, politik santai, dan semacamnya, tim sukses capres mengajak anak muda berpartisipasi dalam politik. Namun, apakah narasi ajakan itu benar-benar tulus untuk mendidik perilaku demokrasi yang sehat dan etis (Nurul Hasfi, 2023; harian Compas).


 Harapannya anak muda harus mulai berpikir bijak dan menghilangkan dulu sikap praktisnya, mari menjadikan kontestasi pilkada kedepannya menjadi politik yang mengedepankan asas demokrasi yang memanfaatkan media untuk menyuguhkan politik asyik dan santai secara rasional dan jujur, bukan membalut media dengan keuntungan politikus.

 

 

(m/NI)

 

 

 

×
Berita Terbaru Update