Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Refleksi Ibadah Haji 1445 H/2024 M: Dari Akomodasi Hingga Masalah Visa

Rabu, 26 Juni 2024 | Juni 26, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-26T22:32:07Z

Penulis, Dr. Anggawira Sekjen HIPMI Periode 2022-2025 (dok. istimewa)

Narasi Indonesia.com, MAKKAH-Dalam keramaian jutaan jemaah di padang Arafah, saya teringat momen penuh haru ketika seorang jemaah lansia dengan penuh tekad dan air mata berdoa kepada Allah SWT. Momen ini mengingatkan saya akan ketulusan dan keikhlasan dalam ibadah haji.


Tahun ini, saya berkesempatan untuk mengikuti prosesi haji bersama jutaan umat Muslim dari seluruh dunia. Pengalaman ini bukan hanya tentang memenuhi kewajiban agama, tetapi juga menjadi refleksi mendalam tentang perjalanan spiritual dan tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan haji.


Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia selalu memainkan peran penting dalam pelaksanaan haji global. Pada tahun 2024, Indonesia mengirimkan delegasi haji terbesar di dunia dengan kuota 241.000 jemaah, yang terdiri dari 221.000 kuota normal dan 20.000 kuota tambahan. Angka ini menunjukkan betapa besar antusiasme umat Muslim Indonesia dalam menunaikan ibadah haji.


Salah satu hal yang paling mengesankan adalah peningkatan manajemen logistik dan transportasi. Kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan otoritas Arab Saudi telah memastikan kelancaran pergerakan jemaah.


Meski demikian, masih terdapat beberapa tantangan seperti keterlambatan penerbangan dan kepadatan di tempat-tempat transit. Dengan peningkatan koordinasi dan penambahan kapasitas transportasi, kita bisa mengatasi kendala ini dan memastikan perjalanan yang lebih lancar bagi para jemaah.


Penyediaan akomodasi yang layak dan layanan kesehatan yang memadai menjadi prioritas utama dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Saya melihat adanya peningkatan kualitas akomodasi, terutama di wilayah Mekkah dan Madinah. Banyak jemaah melaporkan peningkatan kualitas penginapan dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, masih ada sejumlah jemaah yang mengalami kesulitan mengakses layanan kesehatan dengan cepat.


Penting untuk menyediakan lebih banyak fasilitas kesehatan di titik-titik strategis dan memastikan ketersediaan tenaga medis yang cukup. Meski ada peningkatan, distribusi tenaga medis masih perlu ditingkatkan agar merata di semua lokasi yang sering dikunjungi jemaah.


Alternatif lainnya adalah dengan kampanye kesehatan yang lebih kuat sebelum keberangkatan para jemaah. Kampanye ini bisa meliputi pemeriksaan kesehatan pra-haji, edukasi mengenai kondisi cuaca dan fisik di tanah suci, serta penyuluhan tentang cara menjaga kesehatan selama menjalankan ibadah. Dengan persiapan yang lebih matang, jemaah akan lebih siap menghadapi perjalanan ini.


Selama perjalanan haji, saya juga melihat beberapa jemaah yang belum memenuhi standar istitho'ah tetap diberangkatkan, menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Hal ini menekankan perlunya pemeriksaan kesehatan yang lebih ketat untuk memastikan hanya jemaah yang benar-benar siap yang berangkat, mengurangi risiko kesehatan dan memastikan perjalanan yang lebih aman dan nyaman.


Masalah visa juga menjadi isu yang perlu perhatian. Ada beberapa jemaah yang mengalami masalah karena menggunakan visa non-haji, yang dapat menimbulkan risiko hukum. Penting bagi kita semua untuk memahami betapa krusialnya visa haji dan memastikan semua jemaah mematuhi aturan ini. Dengan sosialisasi yang lebih intensif mengenai pentingnya visa haji, kita bisa mengurangi risiko ini di masa mendatang.


Pengalaman haji tahun ini memberi saya banyak pelajaran berharga tentang pentingnya kolaborasi dan perbaikan terus-menerus dalam penyelenggaraan haji. Pemerintah melalui Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), BUMN, dan sektor swasta nasional juga bisa berperan lebih besar dengan melakukan investasi infrastruktur dan properti di Arab Saudi. Langkah ini akan memastikan kemandirian dan meningkatkan nilai tawar, sehingga jemaah haji Indonesia mendapatkan fasilitas dan pelayanan terbaik.


Saya berharap di tahun-tahun mendatang, penyelenggaraan haji dapat berjalan lebih lancar dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi seluruh jemaah. Upaya kolaboratif antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi akan terus menjadi kunci keberhasilan dalam manajemen haji yang efektif dan efisien. Semoga ibadah haji kita semua diterima Allah SWT dan menjadi haji yang mabrur.


Perjalanan ini bukan hanya tentang memenuhi kewajiban agama, tetapi juga tentang belajar dan berbagi pengalaman untuk perbaikan bersama. Mari kita terus bekerja sama untuk meningkatkan penyelenggaraan haji, menjadikannya lebih baik setiap tahunnya.*


Penulis:

Dr. Anggawira (Sekjen HIPMI Periode 2022-2025)


Editor:

(m/NI)

×
Berita Terbaru Update