Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Putin Siap Lakukan Gencatan Senjata, Tetapi Ajukan Syarat kepada Ukraina

Jumat, 14 Juni 2024 | Juni 14, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-14T18:14:01Z


Narasi Indonesia.com, MOSKOW-Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Moskow bersedia melakukan gencatan senjata dan memulai perundingan perdamaian dengan Ukraina "segera", dengan beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh pihak Ukraina, pada Jumat (14/6/2024).


Salah satu syarat utama adalah penarikan pasukan Ukraina dari empat wilayah di Ukraina Timur yang telah dianeksasi Rusia sejak 30 September 2022, yakni Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia. Selain itu, Ukraina juga diminta untuk menghentikan upayanya menjadi anggota NATO.


"Segera setelah Kyiv menyatakan siap melakukan hal ini dan mulai menarik pasukannya serta secara resmi membatalkan rencana bergabung dengan NATO, kami akan segera - pada saat itu juga - menghentikan tembakan dan memulai perundingan," kata Putin dalam pertemuan dengan diplomat Rusia di Moskow, yang dilaporkan oleh AFP.


Konflik antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama lebih dari dua tahun, menimbulkan kekhawatiran global bahwa perang ini dapat berkembang menjadi konflik yang melibatkan NATO.


Di saat yang sama, Putin mengecam pembekuan aset Rusia di luar negeri sebagai "pencurian" dan memperingatkan bahwa tindakan tersebut "tidak akan dibiarkan begitu saja." Kemarin, para pemimpin G7 menyetujui pinjaman baru senilai USD 50 miliar untuk Ukraina dengan menggunakan keuntungan dari aset-aset Rusia yang dibekukan. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan bahwa langkah ini menunjukkan bahwa Moskow "kami tidak akan mundur."


G7 dan Uni Eropa juga membekukan sekitar USD 325 miliar cadangan bank sentral Rusia beberapa hari setelah Moskow memerintahkan pasukan ke Ukraina pada Februari 2022. Putin menuduh negara-negara Barat mencoba memberikan "semacam dasar hukum" untuk membenarkan tindakan "pencurian" tersebut. "Tetapi terlepas dari semua tipu daya tersebut, pencurian tetaplah pencurian dan tidak akan luput dari hukuman," tegasnya.


Ia juga memperingatkan bahwa perselisihan antara Moskow dan negara-negara Barat sudah "mendekati titik yang tidak dapat kembali lagi" dan menyebut bahwa Rusia "memiliki gudang senjata nuklir terbesar." Selama konflik dengan Ukraina, Putin berulang kali menggunakan retorika nuklir, menganggapnya sebagai salah satu front dalam "perang hibrida" yang lebih luas antara Rusia dan aliansi militer NATO.


Putin juga mengecam forum perdamaian Ukraina yang diadakan di Swiss akhir pekan ini sebagai "trik untuk mengalihkan perhatian semua orang." Rusia tidak diundang ke konferensi tersebut, yang akan dihadiri oleh kepala negara dan pejabat senior dari sekitar 90 negara dan organisasi internasional.*


(m/NI)

×
Berita Terbaru Update