![]() |
Narasi Indonesia.com, Malang - Suasana hening dan khidmat menyelimuti kawasan alun-alun Kota Malang pada Rabu sore. Sebanyak 50 orang massa dari Gerakan Mahasiswa Pelajar Kebangsaan (GMPK) Cabang Kota Malang dan beberapa Organisasi Daerah (Orda), seperti Madasamba (Orda Desa Kab.Bima), Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Dompu-Malang (IKPMD-Malang), Ikatan Mahasiswa Kedang Malang (IMAKMA) menggelar aksi damai berupa doa bersama dan pembagian bunga sebagai bentuk penghormatan dan duka cita mendalam atas sepuluh korban yang gugur dalam aksi unjuk rasa penolakan kenaikan tunjangan anggota DPR RI beberapa waktu lalu. Data korban sepuluh orang tersebut merujuk pada catatan Komnas HAM, pada Rabu (3/9/3025).
Aksi yang bertajuk "Merawat Ingatan, Menjaga Kohesi Bangsa" ini tidak hanya berfokus pada duka, tetapi juga menyampaikan pernyataan sikap mendukung pemerintah dan seruan untuk menjaga stabilitas serta keamanan Kota Malang.
Para peserta aksi, yang didominasi oleh kalangan mahasiswa dan pelajar, terlihat mengenakan pakaian serba hitam. Mereka membawa poster bertuliskan nama-nama korban serta poster dengan pesan-pesan perdamaian. Karangan bunga diletakkan membentuk sebuah lingkaran sebagai simbol penghormatan. Inti dari acara adalah doa bersama lintas agama untuk korban dan keluarga yang ditinggalkan, serta orasi yang menekankan pada nilai-nilai persatuan.
Fadhil Fathurochman, S.Si., M.Si., Ketua GMPK Cabang Malang, dalam orasi sikapnya menyampaikan apresiasi tinggi kepada aparat keamanan yang bertugas. "Atas nama seluruh pengurus dan anggota GMPK Kota Malang, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada anggota TNI dan Polri yang telah hadir dan menjaga jalannya aksi kami pada hari ini dengan sangat profesional, kondusif, dan damai. Kehadiran Bapak-Bapak bukanlah sebagai pengawas, melainkan sebagai penjaga konstitusi dan keamanan kita bersama. Kami berharap sinergi positif seperti ini dapat terus terjaga sehingga Kota Malang tetap menjadi kota yang sejuk, aman, dan damai bagi seluruh warganya," ujarnya dengan penuh semangat.
Fadhil menegaskan bahwa aksi ini adalah bentuk keprihatinan mendalam sekaligus kontrol sosial. "Kami menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga dari sepuluh pahlawan demokrasi yang gugur. Jiwa dan pengorbanan mereka tidak akan kami lupakan. Ini adalah catatan kelam yang harus menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama para pemangku kebijakan, untuk lebih mendengarkan suara rakyat," tegasnya.
Di sisi lain, Fadhil juga menyampaikan sikap konstruktif organisasinya. "Kami juga ingin menyatakan bahwa dalam semangat membangun, GMPK mendukung penuh pemerintahan Presiden Prabowo untuk membuka ruang partisipasi publik yang lebih luas, inklusif, dan substantif. Kami berharap tragedi seperti ini tidak terulang lagi. Keterbukaan dan dialog adalah kunci untuk menyelesaikan berbagai perbedaan pendapat tanpa harus ada lagi korban jiwa."
Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Abdul Fatah Alaudin Benihingan, menjelaskan makna simbolis dari pembagian bunga kepada masyarakat. "Kegiatan doa bersama dan pembagian bunga putih ini kami rancang bukan hanya sebagai ritual duka, tetapi juga sebagai simbol permohonan maaf atas kegaduhan yang mungkin terjadi sebelumnya dan sebagai ikon perdamaian. Kami ingin kegiatan kecil ini bisa memberikan kembali rasa aman dan nyaman bagi masyarakat Kota Malang," ujarnya saat diwawancarai.
Abdul Fatha juga menyampaikan pesan penting tentang bahaya perpecahan. "Kami sangat berharap masyarakat Kota Malang, yang dikenal sebagai kota pendidikan dan religius, tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu sensitif dan hoaks yang sengaja dihembuskan untuk memecah belah bangsa. Mari kita jaga bersama semangat kebangsaan, persatuan, dan kesatuan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam demokrasi, tetapi penyampaiannya harus tetap dijaga dengan elegan dan tanpa kekerasan," pesannya.
Aksi yang berlangsung selama kurang lebih dua jam tersebut mendapat respons positif dari masyarakat yang melintas. Beberapa penerima bunga mengaku tersentuh dengan inisiatif para pemuda tersebut. "Ini langkah yang sangat dewasa. Mereka menyampaikan protes tapi dengan cara yang sangat elegan dan menyejukkan. Semoga pesan perdamaiannya sampai ke semua pihak," ujar salah seorang warga yang kebetulan melintas.
Dengan doa bersama, aksi pun dibubarkan secara tertib. Aksi GMPK sore hari ini menjadi contoh nyata bahwa suara kritik dan aspirasi dapat disampaikan dengan cara yang bermartabat, penuh khidmat, dan justru memperkuat fondasi perdamaian sosial di masyarakat. Mereka tidak hanya merawat ingatan akan para korban, tetapi juga aktif menanam benih harapan untuk masa depan bangsa yang lebih kohesif dan partisipatif, tutupnya.*
(m/NI)