![]() |
Penulis, Anisatul Maulidiah Mahasiswi KKN Swarga Loka, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta |
Narasi Indonesia.com, Jakarta - Pelecehan seksual adalah ancaman nyata yang tidak mengenal usia, termasuk anak-anak. Data dan fakta menunjukkan bahwa anak menjadi kelompok paling rentan karena keterbatasan mereka dalam mengenali dan melindungi diri dari situasi berbahaya. Maka dari itu, membangun self-awareness atau kesadaran diri sejak usia dini adalah langkah penting yang sering kali diabaikan dalam pencegahan pelecehan seksual.
Sebagai mahasiswi yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di lingkungan masyarakat Swarga Loka, saya menyadari bahwa banyak orang tua dan pendidik belum memahami pentingnya edukasi seksual yang sehat untuk anak. Padahal, pengenalan tubuh, batasan sentuhan, serta keberanian untuk berkata “tidak” adalah bagian dari pendidikan yang dapat menyelamatkan masa depan anak-anak kita.
Self-awareness pada anak bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, tetapi harus dibangun secara bertahap melalui pendekatan yang sesuai dengan usia. Anak-anak perlu diajarkan bahwa mereka memiliki hak atas tubuh mereka sendiri, bahwa tidak semua sentuhan itu boleh, dan bahwa mereka berhak melaporkan jika merasa tidak nyaman. Edukasi seperti ini tidak hanya melindungi, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri dan rasa aman dalam diri anak.
Sayangnya, masih ada anggapan bahwa berbicara tentang tubuh dan seksualitas kepada anak adalah hal yang tabu. Justru sikap inilah yang membuka celah bagi pelaku untuk memanipulasi ketidaktahuan anak. Edukasi yang tepat bukan berarti mengenalkan hal yang tidak pantas, melainkan membekali anak dengan pemahaman yang dapat menjadi perisai mereka dalam menghadapi dunia luar.
Kita tidak bisa selalu mengawasi anak-anak setiap saat, tapi kita bisa membekali mereka dengan kesadaran diri sebagai pelindung utama. Oleh karena itu, keluarga, sekolah, dan masyarakat harus mulai membuka ruang dialog yang aman dan edukatif bagi anak-anak untuk belajar mengenal diri dan lingkungan secara sehat.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Mendidik anak tentang self-awareness adalah investasi jangka panjang demi masa depan yang lebih aman, sehat, dan bermartabat. Sebab perlindungan terbaik adalah ketika seorang anak tahu cara melindungi dirinya sendiri.*
Penulis:
Anisatul Maulidiah (Mahasiswi KKN Swarga Loka, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)
Editor:
(m/NI)