×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Komisi Pendidikan PB HMI-MPO Sampaikan Duka dan Soroti Pengawasan Pesantren Usai Tragedi Al-Khoziny

Rabu, 08 Oktober 2025 | Oktober 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-08T21:14:35Z

 


Narasi Indonesia. com, Jakarta – Tragedi ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9), menewaskan 67 santri dan melukai lebih dari 100 lainnya. Mayoritas korban merupakan santri berusia 13–19 tahun yang sedang melaksanakan salat Asar berjamaah. Hingga Rabu (8/10), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 40 jenazah telah berhasil diidentifikasi, sementara 27 lainnya masih dalam proses identifikasi.


Menanggapi tragedi ini, M. Risdamuddin, Ketua Komisi Pendidikan PB HMI-MPO, menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada seluruh keluarga korban dan masyarakat pesantren.


“Kami sangat berduka cita atas hilangnya nyawa para santri yang masih muda dan berpotensi besar. Peristiwa ini merupakan kehilangan besar bagi dunia pendidikan keagamaan di Indonesia,” ujarnya.


Risdamuddin menekankan perlunya pengawasan dan regulasi yang lebih ketat terhadap pondok pesantren di seluruh Indonesia. Menurutnya, musibah ini menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap pembangunan dan operasional pesantren, termasuk aspek keamanan bangunan dan kesejahteraan santri.

Sebagai solusi, Ketua Komisi Pendidikan PB HMI-MPO mendorong pemerintah untuk:


  1. Melakukan audit dan inspeksi rutin terhadap seluruh pesantren, baik dari aspek konstruksi bangunan maupun manajemen operasional.
  2. Menerapkan standar keamanan dan sertifikasi wajib bagi pondok pesantren sebelum beroperasi.
  3. Meningkatkan keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam memantau kegiatan pesantren, termasuk mekanisme pengaduan yang transparan.
  4. Memberikan pelatihan kepada pengasuh pesantren terkait manajemen pendidikan, keselamatan, dan perlindungan santri.

“Langkah-langkah ini penting agar tragedi serupa tidak terjadi lagi. Pesantren harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak kita untuk belajar agama dan membangun karakter,” kata Risdamuddin.


Polda Jawa Timur sendiri telah memeriksa 17 saksi terkait insiden ini, dengan dugaan penyebab utama ambruknya bangunan adalah kegagalan konstruksi. Proses hukum akan tetap berjalan setelah identifikasi seluruh korban selesai.


Editor:

(m/NI)


×
Berita Terbaru Update