Narasi Indonesia. com, Jakarta –
Tragedi ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di
Kecamatan Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9), menewaskan 67 santri dan
melukai lebih dari 100 lainnya. Mayoritas korban merupakan santri berusia 13–19
tahun yang sedang melaksanakan salat Asar berjamaah. Hingga Rabu (8/10), Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 40 jenazah telah berhasil
diidentifikasi, sementara 27 lainnya masih dalam proses identifikasi.
Menanggapi tragedi ini, M. Risdamuddin, Ketua Komisi Pendidikan PB HMI-MPO, menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada seluruh keluarga korban dan masyarakat pesantren.
“Kami sangat
berduka cita atas hilangnya nyawa para santri yang masih muda dan berpotensi
besar. Peristiwa ini merupakan kehilangan besar bagi dunia pendidikan keagamaan
di Indonesia,” ujarnya.
Risdamuddin menekankan perlunya
pengawasan dan regulasi yang lebih ketat terhadap pondok pesantren di seluruh
Indonesia. Menurutnya, musibah ini menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap
pembangunan dan operasional pesantren, termasuk aspek keamanan bangunan dan
kesejahteraan santri.
Sebagai solusi, Ketua Komisi
Pendidikan PB HMI-MPO mendorong pemerintah untuk:
- Melakukan audit dan inspeksi rutin terhadap seluruh
pesantren, baik dari aspek konstruksi bangunan maupun manajemen
operasional.
- Menerapkan standar keamanan dan sertifikasi wajib
bagi pondok pesantren sebelum beroperasi.
- Meningkatkan keterlibatan orang tua dan masyarakat
dalam memantau kegiatan pesantren, termasuk mekanisme pengaduan yang
transparan.
- Memberikan pelatihan kepada pengasuh pesantren
terkait manajemen pendidikan, keselamatan, dan perlindungan santri.
“Langkah-langkah ini penting agar
tragedi serupa tidak terjadi lagi. Pesantren harus menjadi tempat yang aman dan
nyaman bagi anak-anak kita untuk belajar agama dan membangun karakter,” kata
Risdamuddin.
Polda Jawa Timur sendiri telah
memeriksa 17 saksi terkait insiden ini, dengan dugaan penyebab utama ambruknya
bangunan adalah kegagalan konstruksi. Proses hukum akan tetap berjalan setelah
identifikasi seluruh korban selesai.
Editor:
(m/NI)