Narasi Indonesia, com. Pekanbaru & Jakarta — Menjelang Idul Adha, ratusan peserta kongres
justru menghadapi nasib yang jauh dari kata layak. Mereka terlantar tanpa
kepastian di dua kota besar, Pekanbaru dan Jakarta, setelah mengikuti agenda
nasional yang semestinya menjadi momentum konsolidasi dan penguatan organisasi.
Namun kenyataannya, yang terjadi justru ironi dan kekecewaan mendalam, sampai saat
ini pada 05 Juni 2025, peserta masih terlantar.
Peserta kongres yang seharusnya sudah kembali ke daerah
masing-masing, hingga saat ini masih terkatung-katung tanpa kepastian. Tidak
ada kejelasan transportasi, akomodasi, bahkan kebutuhan dasar pun terbengkalai.
Banyak yang terpaksa bertumpukan di Kantor Sektariat PB HMI dan di tempat kader
HMI Pekanbaru/Jakarta.
Yang lebih memprihatinkan, Ketua Formatur terpilih, Handy
Muharam Nataprawira, justru tidak menunjukkan sikap tanggung jawab sedikit pun.
Hingga berita ini diturunkan, Handy tidak memberikan klarifikasi, solusi,
maupun komunikasi aktif kepada peserta yang terlantar. Sikap bungkam ini menuai
kritik keras dari berbagai pihak.
"Ini bukan hanya soal logistik, ini soal
kemanusiaan. Bagaimana bisa seorang pemimpin baru yang dipercaya, justru abai
terhadap orang-orang yang menjadi bagian dari proses pemilihannya
sendiri?" ujar salah satu peserta yang enggan disebutkan namanya.
Kekecewaan ini akan menimbulkan, tagar seperti #KongresGagal
#TerlantarDiKotaOrang yang akan di viralkan oleh peserta kogres Pekanbaru
di media sosial masing-masing peserta. Cabang Se-Indonesia menilai terpilihnya Handy
Muharam Nataprawira secara aklamasi awal kemunduran HMI di bawah kepemimpinannya
selama 1 periode ke depannya. Bahkan sebagian pihak menyebut peristiwa ini
sebagai “malapetaka demokrasi organisasi”.
Menjelang Idul Adha, saat peserta seharusnya sudah
berkumpul dengan keluarga untuk beribadah, mereka justru harus bertahan dalam
ketidakpastian dan kelelahan fisik serta mental. Ironisnya, panitia dan
pihak-pihak yang bertanggung jawab terkesan cuci tangan.
"Apakah ini gambaran masa depan organisasi di tangan
orang-orang seperti Handy? Kalau dalam kondisi darurat saja tak mampu bersikap,
bagaimana dia akan memimpin secara strategis?" ujar salah satu peserta yang enggan
disebutkan namanya.
Peserta kogres dari berbagai Cabang di Indonesia mendesak
agar Handy segera angkat bicara, bertanggung jawab, dan memberikan solusi
konkret. Jika tidak, kepercayaan terhadap kepemimpinannya akan benar-benar
hancur sebelum sempat terbentuk kepengurusannya.
Seyogyanya Handy selaku formatur atau ketua umum terpilih
pada Kongres ke-34 HMI di Pekanbaru secara aklamasi membuka komunikasi dengan
para peserta kongres yang belum bisa pulang. Hal itu untuk mencari solusi
bersama dan ada keterbukaan dari Handy dengan peserta kongres sebagai bentuk
tanggung jawabnya.
Harapan besar peserta kongres se-Indonesia, Handy sebagai
formatur terpilih dapat mendengar dan membersamai sampai ada solusi konkret
terhadap kejelasan kepulangan mereka ke daerah masing-masing.
“harapan kami Ketua Umum terpilih, Handy, bisa memberikan
kepastian terkait kepulangan kami,” pungkas
salah satu peserta yang enggan disebutkan namanya itu.
Editor:
(m/INI)