![]() |
Caleg DPR-RI Ahmad Irawan (dok. istimewa) |
Narasi
Indonesia.com, MALANG JATIM-Calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI dari Partai
Golkar Ahmad Irawan berpandangan bahwa kerja sama tiga daerah di Malang Raya
(Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang) bisa mewujudkan kemandirian
ekonomi dan mempercepat pelaksanaan program Pembangunan.
Menurut dia, tiga daerah di Malang Raya
memiliki ciri khas sendiri dengan potensinya masing-masing.
Kabupaten Malang, potensinya di sumber daya
alam. Berupa produksi pertanian, kehutanan, perkebunan, laut, peternakan dan
pariwisata serta pertambangan.
Sedangkan Kota Malang memiliki potensi sumber
daya manusia, pariwisata, industri jasa, pendidikan termasuk ekonomi kreatif.
Berikutnya Kota Batu, memiliki potensi sumber
daya alam berupa produk pertanian, peternakan dan pariwisata.
“Kalau ketiga daerah ini dikolaborasikan.
Maka kekuatan ekonominya luar biasa. Ketiga daerah saling menopang untuk
menutupi kekurangannya masing-masing. Hasilnya kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakatnya terjamin,” terang Ahmad Irawan.
Politikus muda dari Partai Golkar ini
menambahkan, keberadaan ribuan mahasiswa yang indekost di Kota Malang termasuk
penduduk Kota Malang yang padat merupakan ladang pemasaran untuk produk
pertanian dari Kabupaten Malang.
Sebagai contoh pemasaran hasil perkebunan
kopi, buah dan sayur mayur.
“Berdirinya
cafe dekat kampus membuka peluang petani kopi dari Kabupaten Malang untuk
menjual produknya. Lalu warung-warung makan memanfaatkan sayur mayur nya dari
Kabupaten Malang dan Kota Batu. Ya seperti itulah salah satu elaborasi ketiga
daerah, untuk mengungkit perkonomian masyarakat,” ungkapnya.
Hal
lain yang tak kalah pentingnya adalah kerja sama di bidang fasilitas umum.
Penataan
jalur transportasi umum dan utilitas lainnya. Pemerintah Kota Malang, Pemkab
Malang dan Pemkot Batu harus berfikir satu visi dan misi yakni menyiapkan jalan
yang nyaman, aman dan tertib serta indah.
Kata
Irawan, bila ketiga pemerintah daerah itu bisa mengurai kemacetan arus lalu
lintas bersama.
Ia
yakin, kunjungan wisatawan ke Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang lebih
besar dari yang ada saat ini.
Bila
jalan tidak macet, wisatawan dengan leluasa bergerak.
“Misalkan
sehari menikmati obyek wisata di Kota Batu. Malam harinya bermalam di Kota
Malang sambil berburu kuliner di Kota Malang. Esok harinya bisa menjelajah
potensi sumber daya alam di Kabupaten Malang. jadi ketiga daerah sama-sama
merasakan dampak positifnya dari kehadiran wisatawan,” ungkapnya.
“Kita
tahu Malang Raya punya potensi masing-masing di tiga daerahnya. Mungkin kalau
dilihat kepadatan, Kota Malang nampak lebih padat, kultur perputaran ekonomi di
Kota Malang itu bisa dilakukan dalam berbagai hal. Kita lihat saja seperti
UMKM, pertumbuhannya kan banyak sekali. Jelas itu berdampak pada peningkatan
ekonomi warga,” urainya.
Kata
Irawan hal tersebut juga ia tunjukan dengan data dari Badan Pusat Statistika
(BPS).
Dalam
10 tahun terakhir, pada tahun 2022 nilai ekonomi di Kota Malang meningkat
kurang lebih 49,61 persen jika dibandingkan dengan tahun 2010.
Nilai
ekonomi yang terbentuk selama tahun 2022 mencapai Rp 84,8 triliun.
Jika
dihitung dengan harga konstan dan mengacu pada tahun 2010, maka nilai ekonomi
yang terbentuk adalah sebesar Rp 56,68 triliun.
Selain
itu, selama 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi di Kota Malang juga berhasil
berada di level tertinggi.
Catatan
media ini, pada tahun 2018 dan 2019, yakni masa sebelum pandemi, pertumbuhan
ekonomi Kota Malang mencapai 5,72 dan 5,73.
Namun,
hantaman keras pandemi covid-19 pada tahun 2020 sempat membuat ekonomi Kota
Malang mengalami kontraksi hingga melemah di angka -2,26 persen.
Kondisi
melemahnya ekonomi Kota Malang akibat pandemi tak berlangsung lama.
Dengan
berbagai program, kebijakan dan buah dari sinergitas serta kolaborasi seluruh
perangkat daerah, ekonomi di Kota Malang menguat di angka 4,21 persen di tahun
2021.
“Ini
menunjukkan bahwa sebenarnya Kota Malang memang punya potensi agar ekonominya
terus menggeliat. Bahkan tidak menutup kemungkinan dengan berbagai program
strategis, kemandirian ekonomi di Kota Malang akan bisa terwujud,” jelasnya.
Jika
dilihat dari kondisi geografis, Kota Malang memang bukan daerah yang memiliki
daya tarik dari potensi alam.
Namun,
Kota Malang tetap bisa menangkap peluang dengan peluang yang dimiliki saat ini.
Bila
kerjasama tiga daerah dengan baik. Maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiga
daerah makin membaik pula.
Ujungnya
pelaksanaan pembangunan kian merata di masyarakat. Pengentasan kemiskinan juga
mudah terwujud.
“Mungkin
bisa saja, wisatawan ini berwisatanya ke Kabupaten Malang dengan jajaran pantai
dan eksotisme alamnya, namun ternyata masih banyak wisatawan yang stay
(menginap) di Kota Malang. Banyak hotel dengan berbagai pilihan. Itu yang saya
maksud Kota Malang bisa menangkap peluang,” pungkasnya.*
(m/NI)