Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Tercederainya Pancasila

Kamis, 01 Juni 2023 | Juni 01, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-01T13:19:44Z

Penulis Anas Munandar, M.Pd. (dok. istimewa)

Narasi-Indonesia.com, MATARM-Moral merupakan kunci dari suatu peradaban yang harus dijaga oleh setiap individu dan kelompok demi menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam proses kehidupan sosial. Namun persoalan moral kini sudah menjadi masalah yang baru, dimana tindakan-tindakan yang tidak semestinya terjadi kini sudah menjadi hal yang lumrah ditatanan masyarakat dan bukan lagi sebagai aib yang harus dijauhi.


Beberapa media sosial secara berkelanjutan memberitakan beberapa tindakan yang menyimpang seperti, tawuran antar belajar sarta antar kelompok dikalangan masyarakat yang melibatkan banyak pemudah. Namun yang ironis dari persoalan seperti ini melibatkan orang tua dan kaum terdidik. KH. Dewantara berpendapat “pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia” kini menjadi sebuah simbol yang tidak dimiliki bagi kalangan tertentu. Krisis moral kini merambat dikalangan pemuda, pemuda yang seharusnya menjadi payung dan asset bagi Negara dalam menemukan suatu terobosan terbaru dalam membawa Negara ini untuk lepas landas seperti yang disampaikan bapak presiden ke 4 (empat) BJ.Habibi kini hanya sebua cita-cita dan harapan semata. Belum lagi dengan semboyan yang pernah di suarakan bapak bung Karno selaku seng-proklamator kemerdekan beliau menyatakan “Datangkan aku 1000 orang tua maka akan aku cabut gunung semeru dari akarnya dan datangkan aku 10 pemudah maka akan aku guncangkan dunia ini".


Semboyan-semboyan yang memberikan pemuda sebuah sinya bahwa peran pemuda sangatlah penting untuk membawa Negara ini menjadi sebuah bangsa yang mampu mengembalikan kejayaan bangsa ini. Tentu hal ini, seperti pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dimana pada masa itu bangsa ini, mampu memberikan pengaruhnya kepada seluruh daratan Asia. Kini moral pemuda telah hancur lantaran kurangnnya pemahaman dalam mernafsirkan apa itu pemuda..? justru hari ini pemudah menjadi pusat dari pemicunya tindakan radikalisme seperti Pembunuhan, pemerkosaan, perkelahian dan bahkan menjadi pengedar barang-barang haram ditatanan sosial masyarakat hari ini.


Persoalan pemuda kini sudah kompleks dan cukup lengkap dalam mewarnai kehidupan sosial yang terjadi dikalangan masyarakat. Terkadang pemudah sudah menjadi beban yang menyelimuti negeri tercinta. Hal ini terjadi banyak dikalangan pemuda yang tidak produktif ketimbang yang produktif. Para pakar Demografi dan pakar Ekonomi memprediksikan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari Negara di dunia yang akan menjadi raksasa ekonimo dunia. Pendapat ini muncul dikarenakan Indonesia akan mendapatkan bunus demografi pada tahun 2050. Dimana bonus demografi ini merupakan salah satu keuntungan bagi bangsa Indonesia karena usia produktif sangat tinggi sehingga akan memberikan dampak positif bagi bangsa ini.


Namun analisis itu justru berbanding terbalik dengan realitas yang terjadi pada kalangan pemuda yang dimana kebanyakan justru menjadi beban tersendiri, dikarnakan usia saja yang produksi namun potensi yang dimiliki tidak sejalan dengan usia yang dimiliki. Berdasarkan data yang dilihat, tindakan kriminalitas masih saja terus meningkat setiap tahunya. Hal ini ketika dilihat pada beberapa tahun belakangan ini. Sejak tahun 2014-2023 tindakan kriminalitas selalu menjadi topik utama yang dilaporkan oleh masyarakat setempat, belum lagi dengan tindakan pelecehan sosial yang selalu didominasi oleh kalangan pemuda. persoalan dan permasalahan ini menggambarkan bahwasanya moral dikalangan pemudah sudah hancur dan tidak beradab lagi.


Namun yang lebih ironis lagi, tindakan-tindakan demikian justru diwarnai oleh teman-teman dikalangan akademisi atau kaum pendidik. Sehingga persoalan ini cukup komplek sekali dikarenakan permasalahan kriminalitas bukan saja disumbangkan oleh teman-teman yang kurang berpendidikan saja, namun persoalan ini juga lahir dari berbagai kalangan terdidik yang mengaku dirinya sebagai kaum akademisi dan intelektual.*


Penulis

Anas Munandar, M.Pd. (Dosen Universitas Muhammadiyah Mataram)


Editor

M/NI


×
Berita Terbaru Update